Mantra Awan; Apa yang Salah dengan Membaca Mantra?

Awan kopi, kami menyebutnya begitu karena setiap hari kami melihatnya berada di kebun kopi, diantara dahan-dahan yang menjuntai menyentuh para petani.
“coba perhatikan, jika dia berada di antara batang-batang kopi itu dia pasti bernyayi. Jika ia mendengar derit pintu rumah kita, tiba-tiba saja dia sudah mendekat dan menyapa. Ooo, Ipak! Apa bukan peyihir itu namanya? Kakek lampir!” Ayesah menambahkan, menakuti pula.
Aku pernah mendengar jika petani kopi tradisional membacakan sejenis mantra untuk menikahkan kopi dengan alam mereka.
Apa yang salah dengan membaca mantra? Kudengar orang Gayo memiliki tradisi itu ketika merawat kopi-kopinya.
Di seberang sana Awan sedang berjongkok dengan parang di pinggangnya. Ia bernyayi dengan suara melengking diantara batang kopi dan merapalkan kalimat-kalimat itu saja:
Bismillah
Siti kewe
Kunikahen ko orom kuyu
Wih kin walimu
Tanoh kin saksimu
Lo kin saksi kalammu
Inilah Mantra Awan yang membuat Ayesha dan saudaranya menjadi takut, lalu bagaimana kisah Awan selanjutnya?.
Buku ini selain menjelaskan Mantra Awan juga membahas tentang Pesan dari Belantara Gayo yang menjadi salah satu bagian dari buku ini, lalu ada cerita Kenduri Blang, Amalan Ibu, Paya Ilang, Dalail Khairat, Asa Si Malin, Mak Tam, Nasi Berkat, Meja Makan, Rencong Pusaka, dan terakhir Baju lebaran.
Judul Buku : Mantra Awan; Apa yang Salah dengan Membaca Mantra?
Penulis : Cut Dira Miranda, dkk
Penyunting : Fairus M. Nur Ibrahim
Dicetak oleh : Bandar Publishing
Cetak : Pertama, Nopember 2017
ISBN : 978-602-8307-31-4
Tebal : vii + 110 hlm
Leave a Reply