Qalbu Bukan Hati; Mencari Makna Hati Dan Qalbu Diantara Arti-Arti Yang Ambigu
Bagian tubuh manakah yang selama ini Anda jadikan piranti untuk mengenal Tuhan? Dalam banyak tradisi masyarakat muslim di Aceh, Indonesia, bahkan di sejumlah kawasan berumpun Melayu, hati merupakan aspek utama pada diskursus mengenai spiritualitas. Sesuatu yang selalu dianggap berperan dalam persoalan mental dan spiritual manusia adalah hati. Hati yang diadopsi dari terminologi qalb inilah yang ditengarai membuat manusia dapat hidup menjadi al-insan al-kamil atau makhluk Tuhan yang sempurna.
Namun, tidakkah disadari bahwa keyakinan tetang hati merupakan pemikiran lawas yang sudah berlangsung lama? Bila bersandar pada logika Al-Ghazali saja, misalnya, hal itu telah dipedomani lebih dari 900 tahun (sejak abad k-12) saat neurosains belum berkembang dan teknologi pencitraan otak (brain imaging) belum ditemukan?
Apakah argumentasi-argumentasi yang selama ini dipegang, sebagian di antaranya bahkan menjadi doktrin, masih relevan dan dapat dipertahankan padasaat sains serta teknologi modern memperlihatkan fakta-fakta empiris yang detail, nyata, dan tampaknya lebih ilmiah? Bagiamana memosisikan keyakinan keagamaan yang dilandaskan atas perilaku Nabi danide-ide Kitab Suci ketika berhadapan dengan data danfakta yang memperlihatkan realitas sebaliknya?
Melalui Qalbu Bukan Hati, penulis mengambil topik yang menghendaki pengetahuan lintas disiplin. Penjelasannya yang runtut tentang spiritualitas hati, spiritualitas jantung dan spiritulitas otak dapat membuka cakrawalaa baru bagi kaum Muslim, apalagi karena ia mendobrak ambiguitas pengetahuan umum tentang makna Qalb sebagiamana yang selama ini dipahami.
Judul Buku : Qalbu Bukan Hati; Mencari Makna Hati Dan Qalbu Diantara Arti-Arti Yang Ambigu
Penulis : Fairus M. Nur Ibrahim
Penyunting : Zalikha, Zulfadli
Dicetak oleh : Bandar Publishing
Cetak : Pertama, Nopember 2017
ISBN : 978-602-8307-30-7
Tebal : xxxii + 248 hlm
Leave a Reply