Simfoni di Balik Jurang; Andai Lee Kuan Yew di Istana Aceh

Buku Simfoni di Balik Jurang; “Andai Lee Kuan Yew di Istana Aceh’’ merupakan sebuah nukilan yang hampir putus asa ketika menatap, melangkah dan merasakan kondisi di sejengkal tanah indatu, Aceh yang tidak pernah reda dari ketidakberesan. Perjalanan dari ketidak sempurnaan kepada sebuah kondisi yang sempurna memang tidaklah mudah. Butuh waktu, butuh pengorbanan darah dan tetesan begitu banyak air mata. Akan tetapi kondisi itu bukanlah berarti kita tidak bisa menggapai lesempurnaan itu.
Maksud penulis dari kalimat “Lee Kuan Yew di Istana Aceh” yaitu kalau kita tidak bisa mengrusi diri sendiri, mengapa tidak meminta bantuan pihak lain.
Secara gari besar, buku ini memaparkan perspektif lain memahami Aceh melalui aspek budaya, sosial dan ekonomi. Dalam bahasa lain, situasi Aceh yang kadangkala dipahami rumit seperti benang yang tercarut-marut, maka dapat dimengerti melalui bahasa kearifan lokal yakni hadi maja alias peribahasa.
Menelaah judul pemikiran penulis yang dibentangkan dalam bagian yakni reformasi tabiat, reformasi lembaga dan kesenjangan wilayah, maka benang merah yang terajut yakni perlunya penguatan sumber daya manusia.
Ada obsesi yang mesti digantung yakni Aceh mesti berkembang seperti negara jiran. Jika pun kita tidak bisa mengurusi diri sendiri, mengapa tidak meminta bantuan pada pihak lain seperti Lee Kuan Yew. Untuk menjadi berkembang seperti Singapura yang sangat dibutuhkan adalah kemauan alias tertancap nilai iklas menuju perubahan yang lebih baik.
Judul Buku : Simfoni di Balik Jurang; Andai Lee Kuan Yew di Istana Aceh
Penulis : Dr. Ishak Hasan, M.Si
Penerbit : Bandar Publishing
Leave a Reply