Aceh Dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki

Aceh Dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki / Harry Kawilarang

Sejarah merupakan wacana yang selalu aktual. Sejarah tidak kenal kadaluarsa, expired. Kecuali, jika sejarah dimanipulasi sedemikian rupa untuk kepentingan
tertentu. Film G.30.S/PKI tidak tayang lagi setelah ‘tercium’ bahwa film tersebut hasil manipulasi politik Soeharto. Padahal sebelumnya, bagaikan kewajiban bagi TVRI pusat untuk menayangkan film tersebut setiap datangnya akhir September. Beberapa buku sejarah yang sebelumnya menjadi pegangan di sekolah juga tidak dipakai lagi lantaran terjebak kasus serupa. Kasus manipulasi sejarah marak terkuak setelah bergulirnya era reformasi.

Kenikmatan era reformasi patut disyukuri. Sebab,berpeluang tersajinya informasi yang seimbang bagimasyarakat. Aceh sebagai daerah yang sering terjebak dalam lingkaran konflikdisintegrasi dengan pemerintah pusat adalah salahsatu yang paling beruntung dengan runtuhnya hegemoni orba. Orba telah menzalimi Aceh dalam masa yang amat panjang. Harta, darah, nyawa, bahkan sejarah menjadi korban. Pengalaman pribadi Irwandi Yusuf sebagaimana dapat anda nikmati dalam pengantar buku ini cukup dijadikan sebagai bukti adanya upaya pengaburan sejarah Aceh.

Penulis : Harry Kawilarang
Ukuran : 14,5 x 20,5
Halaman : xxiv + 230
ISBN : 978-176-845-2

Penerbit:
BANDAR PUBLISHING
Lamgugob, Syiah Kuala. Banda Aceh. Provinsi Aceh.
Email: bandar.publishing@gmail.com