Aceh di Mata Urang Sunda
Rp89.000
Diskon 25%Memahami Aceh dari sudut pandang Jawa, tentu telah banyak menempatkan negeri berjuluk Serambi Mekah ini pada posisi yang ‘salah’. Aceh sering dipersepsikan macam-macam, termasuk tentang tipologi orang-orang Aceh di mata dunia luar yang dinilai aneh. Satu hari berada di Aceh, tidak bisa dikatakan bisa memahami Aceh seratus persen, perlu waktu lama sehingga penilaian akan Aceh bisa objektif.
Buku ini merupakan catatan panjang dari kehidupan orang-orang Aceh yang disaksikan langsung oleh penulis, baik itu soal budaya, syariat, politik dan perdamaian.
Alasan berbelanja di Bandar Publishing
- Pesanan sebelum jam 2 siang akan diproses dihari yang sama
- Garansi uang kembali
Keamanan belanja terjamin
Description
Reviews (0)
Description
| Weight | 300 g |
|---|---|
| Category | Tokoh |
Aceh di Mata Urang Sunda / Arif Ramdan
Sunda memang bukan Jawa, meski berada dan mendiami pulau yang sama. Orang Sunda rata-rata tidak atau kurang berkenan disebut orang Jawa. Profesor Utju Ali Basyah, tokoh Sunda di Aceh selalu menegaskan bahwa Sunda itu bukan Jawa. Sebab di mata orang Aceh, Jawa itu penjajah! Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah semua orang Aceh berpendapat demikian?
Dia lahir sebagai anak lintas budaya. Lahir dari dua garis keturunan yang berbeda. Dua kebisaan dan watak yang berbeda. Dari ibunya, ia mewarisi sikap tegas dan pantang menyerah. Pantas dia disebut GAM Sunda, anak siapakah itu?
Penghormatan sebagai petanda honorific “Eyang Ratu” dipersembahkan kepada Pahlawan wanita Cut Nya Dien yang dipusarakan di Gunung Puyuh kabupaten Sumedang. Para Wanita Sunda yang berjiwa heroik selalu menyambangi pusara beliau dengan hormat yang teramat tinggi. Apakah karena itu, pasukan dari Kodam Siliwangi bisa diterima ketika terjun ke Aceh?
Memahami Aceh dari sudut pandang Jawa, tentu telah banyak menempatkan negeri berjuluk Serambi Mekah ini pada posisi yang ‘salah’. Aceh sering dipersepsikan macam-macam, termasuk tentang tipologi orang-orang Aceh di mata dunia luar yang dinilai aneh. Satu hari berada di Aceh, tidak bisa dikatakan bisa memahami Aceh seratus persen, perlu waktu lama sehingga penilaian akan Aceh bisa objektif.
Buku ini merupakan catatan panjang dari kehidupan orang-orang Aceh yang disaksikan langsung oleh penulis, baik itu soal budaya, syariat, politik dan perdamaian.
Penulis : Arif Ramdan
Ukuran : 14,5 x 20,5
Halaman :
ISBN :
Penerbit:
BANDAR PUBLISHING
Lamgugob, Syiah Kuala. Banda Aceh. Provinsi Aceh.
Email: bandar.publishing@gmail.com
Reviews (0)
Leave a Reply







Reviews
There are no reviews yet.